You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Pasirpogor
Desa Pasirpogor

Kec. Sindangkerta, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat

Jangan lupa memakai masker cuci tangan dan jaga jarak

Sejarah Desa

HASANUDIN 27 Desember 2019 Dibaca 858 Kali
Sejarah Desa

Pasirpogor adalah desa di kecamatan SindangkertaKabupaten Bandung BaratJawa BaratIndonesia. Desa yang masih memiliki nuansa religi islami cukup kental ini merupakan desa di mana para penduduknya mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani. Beberapa hal yang perlu di bangun diantaranya yaitu kurangnya sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga, masyarakat dari desa ini banyak yang bersekolah ke luar desa.

Legenda Desa

Di ketahui bahwa Desa Pasirpogor, yang merupakan Salah satu desa di wilayah sindangkerta kab. Bandung barat. Merupakan desa yang dahulunya mencakup wilayah desa Cijenuk dan desa puncaksari. Setelah wilayah bagian barat memisahkan diri, membentuk wilayah pemerintahan sendiri dan bergabung dengan kecamatan cipongkor sekitar tahun 1938 pun demikian terjadi pada wilayah di bagian selatan. Dimana terjadi pemekaran dan tebentuknya desa puncak sari yang sebagian mengambil wilayah dari desa pasirpogor dan desa cicangkang girang. Sebelumnya pada masa kekuasaan belanda wilayah pasirpogor di pimpin oleh satu orang pemimpin yang mencakup seluruh kawasan dikenal dengan sebutan ayah apung, beberapa tahun kemudian kawasan desa di bagi menjadi dua dusun. Dusun I dan Dusun II yang di pimpin masing-masing oleh satu orang ketua Dusun. Sekitar tahun 1976 di bagi lagi menjadi tiga dusun. Dusun I, dusun II, dusun III. Kantor Desa Pasirpogor sebelum berada di Kp. Pasir gandu dari tahun 1969 hingga sekarang pernah berada di kp. Malandang. Sebelumnya bangunan kantor desa terbuat dari bahan kayu. Pada sekitar tahun 1918 baru sekitar 30 orang yang terdaftar dalam buku leter C dan memiliki sppt. Dahulu diceritakan bahwa pembagian tanah di bagi oleh pihak belanda dengan menggunakan cap bergambar singa dan cap bergambar kelapa.


2.1.1.2.              Terbentuknya Desa Pasirpogor

Pada catatan sebelumnya disebutkan bahwa semenjak masa penjajahan sesepuh kampung bernama Mah. Petinggi yang di percaya oleh semua orang menjadi petinggi desa di sahkan menjadi kepala kampung atau sebutan lain kepala desa yang kemudian secara bertahap membangun pemerintahan guna mensejahterakan masyarakat pada saat itu yang sebagian besar mengandalkan dari hasil bumi. Dari catatan sebelumnya di sebutkan pula bahwa daerah pasirpogor merupakan daerah yang subur untuk bercocok tanam sehingga selain penduduk asli lambat laun daerah ini juga didatangi oleh penduduk dari luar desa yang berkeinginan ikut bercocok tanam di kawasan ini, sehingga lambat laun kehidupan social budaya sudah mulai agak komplek. Adapun sumber lain pendapatan desa diantaranya tanah urunan desa.

Adapun sumber lainnya menyebutkan bahwa wilayah desa pasirpogor merupakan wilayah hutan atau dalam sebutan bahasa sunda yakni leweng dengan pohon-pohon yang mendominasi yakni bambo, pohon –pohon buah, kawung atau aren, serta tanaman-tanaman perdu seperti harendong, dan rumput-rumput. Seiring perjalanan waktu lahan-lahan yang di penuhi tanaman-tanaman perdu tersebut di buka dan dijadikan sawah sebelum ada alat seperti cakul dan sebagainya bambo terutama bamboo kuning menjadi alat yang di gunakan untuk menggemburkan lahan untuk kemudian ditanami padi dan beragam tanaman palawija. Serta menternakan beragam hewan peliharaan seperti kerbau, domba, ayam, bebek dll. Dan menjadikan kotoran nya sebagai pupuk penyubur tanah dan tanaman. Baru pada tahun 1969 masuk beragam pupuk kimia untuk membantu menyuburkan lahan pertanian. Selain berasa bahan pokok lainnya yang di konsumsi berupa olahan dari pohon aren yang di kenal dengan nama gabeng dan olahan dari singkong yakni gatot, geong, dan gaplek. Sementara untuk bahan pakaian sebelum tahun 1962 bahan yang banyak digunakan berasal dari bahan kain karung tepung terigu. Dan setelah tahun tersebut baru masuk pakaian dengan beragam bahan yang cukup nyaman di pakai.

Nama-nama kepala desa pada masa penjajahan belanja di bwah pemerintahan ratu Wilhelmina di antaranya :

1.   Mah. Petinggi                       (1902 – 1910)

2.   Wahel                                   (1910 – 1918)

3.   H. Hasan                              (1918 – 1931)

4.   Keta                                     (1931 – 1944)


Sementara itu Kepala Desa setelah Kemerdekaan, yakni diantaranya :

1.   H. Rosyid / Kamrin                     (1944 – 1957) dari Kp Malandang lebak

Ditempatkan dengan atas inisatif warga

2.   H. Toyib                                      (1957 – 1971) dari Kp. Cibau / Sukalilah Selesai dengan hormat mendapat piagam penghargaan

3.   Umuh                                          (1971 – 1973) dari Kp. Babakan

4.   Usman                                        (1973 – 1986) dari Kp. Malandang Lebak

Dari awal hingga pak usman pemilihan dilakukan dengan mengunakan koin.

5.   Eli (PJS)                                     (1986 – 1988) dari Kp. Malaka Sindangkerta

6.   Engkos Kosasih                         (1988 – 1991) dari Kp. Bunisari

7.   Suhandi (PJS)                           (1991 – 1993) dari Banjaran Kab. Bandung

8.   Masud (PJS)                               (1993 – 1994) dari Pasir Kihyar Sindangkerta

9.   H. Aripin                                      (1994 – 2002) dari Kp. Sukalilah

10. Asep Hidayattulloh S.Sos        (2002 – 2007) dari Kp. Cipetir

11. Dayat Hidayat                             (2007 – 2013) dari Kp. Babakan Salam

12. Dasep Suherman                      (2014 – 2019) dari Kp. Sindangsari

13. Idris Marjuki                                (2019 – 2025) dari Kp. Bangong

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2024 Pelaksanaan

APBDes 2024 Pendapatan

APBDes 2024 Pembelanjaan